TARI TOPENG
Mar 14th, 2010 by UKM LISES Gentra Kaheman IPB
A.Selayang Pandang
Tari topeng merupakkan tarian tradisional yang berkembang di Cirebon, Jawa Barat. Disebut Tari Topeng karena penari menutupi wajahnya dengan topeng ketika menari. Tarian ini biasanya dimainkan oleh satu atau beberapa orang penari cantik, seorang sinden, dan sepuluh orang laki-laki yang memainkan alat musik pengiring, diantaranya rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan bendhe. Gerakan Tari Topeng yang dimainkan oleh penari dalam setiap pertunjukan berbeda-beda, tergantung pada tema yang akan ditampilkan.
Pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Candrabuana. Akhirnya Sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Berawal dari keputusan itulah terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari ittu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng yang masih berkembang hingga sekarang.
B.Keistimewaan
Gerakan tangan yang lemah lembut oleh para penari yang cantik, yang diiringi dengan dominasi alunan musik rebab dan kendang merupakan ciri khas dari pementasan Tari Topeng. Selain itu, berbagai macam busana yang dipakai ( toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng) yang berwarna kuning, hijau, dan merah semakin menambah indah tarian yang dibawakan.
Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng warna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai.
Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sammbil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukkan ketika penari berganti topeng berwarna merah. Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya juga akan semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng berwarna merah dipakai para penari. Gerakan-gerakan tersebut merupakan bentuk tarian pembuka dalam pementasan Tari Topeng.
Contoh pertunjukan Tari Topeng lainnya, yang memadukan seni tari, musik dan drama adalah Tari Topeng dengan cerita Ratu Kencana Wungu, seorang Ratu yang menolak cinta Prabu Minakjingga. Dalam tarian ini, salah satupenarinya berperan sebagai Ratu Kencana Wungu dengan memakai topeng berwarna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Sedangkan penari lainnya, berperan sebagai prabu Minakjingga dengan memakai topeng berwarna merah yang menggambarkan karakter dari Prabu Minakjingga yaitu berangasan ( temperamental) dan tidak sabaran.
Dalam cerita Ratu Kencana Wungu tersebut, nampak bahwa Tari Topeng mempu menyimbolkan berbagai macam karakter seseorang, dalam hai ini: kepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta, angkara murka, dan aspek kehidupan lainnya. Berbagai macam simbol itu terdapat pada topeng yang dipakai, alunan musik pengiringnya dan gerakan para penarinya yang berposisi memerankan tokoh dalam tema cerita yang dimainkannya itu.
Selain sebagai media hiburan, tarian ini juga pernah dijadikan sebagai media komunikasi dakwah Islam di Cirebon pada zaman dulu, di samping berbagai macam media kesenian lainnya, yaitu gamelan, angklung, wayang kulit, renteng, brai, reog, dan berokan.